Jumat, 29 Mei 2009

Pagi yang penuh dengan badai ganas
di hati yang kini musim panas.

Awan mengembara bagai sapu tangan putih perpisahan,
angin, bepergian, melambaikannya di segenap tangan.

Hati angin yang tak terbilang ada
berdebaran pada kebisuan cinta kita.

Seperti takdir dan orkestra, bersuara di antara pepohonan
seperti bahasa yang disesaki perang dan tembang.

Sehembus lekas angin membawa dedaunan mati
menangkis anak panah beruntuntun burung-burung.

Seombak angin menghembusnya telanjang dada
tanpa percik, ringan tapi ada, seperti api.

Kecupan-kecupannya pecah dan lalu tenggelam,
Menyerbu memburu ke pintu angin musim panas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar